Kamis, 19 Februari 2015

Rumah bagi Pengidap HIV/AIDS

Postingan kali ini gue ceritain pengalaman waktu berkunjung ke Jayapura, tepatnya ke tempat penampungan buat orang-orang yang mengidap HIV/AIDS pada awal bulan Februari 2015.
Sekedar mengingatkan guys, Indonesia sejak tahun 2000 telah menjadi negara dengan kategori Concentrated level epidemic. Artinya mengalami peningkatan dari sebelumnya, low level epidemic. Nah sekarang udah 2015 guys, udah level apa yah Indonesia sekarang? Yang jelas setiap tahun jumlah pengidap HIV dan kasus kematian penderita AIDS semakin meningkat! Ini masalah? Kalo menurut gue sih yes!!
Untuk mengatasi kasus HIV/AIDS dunia termasuk Indonesia telah menempuh berbagai cara, mulai dari pencegahan, pengobatan sampai pada tahap rehabilitasi. Nah, yang mau gue bahas sekarang adalah rehabilitasi bagi pengidap HIV/AIDS.
Jadi sedih juga nih guys dengan tindakan diskriminasi yang dilakukan masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS, padahal mengetahui diri terinfeksi HIV saja sudah menjadi beban berat, apalagi ditambah dengan sangsi sosial yang mereka terima. Jangan gitu yaah guys. J Bagaimanapun mereka adalah manusia, sahabat kita dan saudara kita. Mereka orang yang memerlukan dukungan moral dan semangat dari kita semua. Lagi pula, bukan berarti mereka yang terkena HIV/AIDS adalah orang yang bermoral buruk, bisa saja karena niat baik ingin mendonorkan darah lalu terinfeksi HIV, pasangan setia yang berhubungan dengan pasangan yang tidak setia, dan lainnya deh. Keep positive thinking aja yaahh!!

Ngomong-ngomong tentang rehabilitasi pengidap HIV/AIDS di Indonesia jumlahnya sudah cukup banyak kok guys. Di tempat ini, pengidap HIV/AIDS bukan hanya diberikan berbagai pengobatan yang dapat memperlambat kerja virus dan penyakit lain, tetapi juga akan ditumbuhkan lagi semangatnya, diperbaharui mentalnya dan ditingkatkan kualitas dirinya. Ada beberapa tempat yang gue kunjungi, namun yang paling menarik perhatian gue adalah Rumah Surya Kasih yang terletak di lingkungan Rumah Sakit Dian Harapan, Waena Jayapura. Nih, beberapa fotonya:







Suasana di rumah ini bisa dibilang nyaman, lingkungan yang asri, udara yang segar, jauh dari pemukiman penduduk dan dekat dari rumah sakit.  Pasien di rumah ini juga cukup banyak, dari anak-anak hingga orang dewasa. Aktivitas penghuni rumah ini pun cukup beragam, beberapa dari mereka tampak sangat normal, kecuali beberapa lainnya yang tampak kurus karena penyakit lain yang mereka derita. Mereka berbaur dengan sesama pasien, perawat, maupun orang lain seperti kami. J Perawat yang bekerja di rumah ini juga sangat ramah terhadap pasien dan pengunjung. Saya jadi terharu membayangkan pekerjaan mereka, kebanyakan dari mereka adalah relawan, mereka mengabdikan diri dan ilmu mereka untuk menolong pasien-pasien pengidap HIV. Mereka mencurahkan waktu dan tenaganya untuk menolong. Bagi saya, merekalah pahlawan saat ini. J Tawa yang muncul dari wajah mereka benar-benar tanpa beban, begitu mengharukan, karena saya menyadari mereka telah menjadi orang yang diasingkan di daerah asalnya, diasingkan bahkan dari keluarganya. Di tempat inilah, para perawat dan saya sebagai pengunjung berharap mereka memiliki keluarga baru, rumah baru dan kebahagiaan baru, berharap mereka dapat menatap hidup yang lebih baik, memaafkan diri sendiri dan orang-orang yang mengasingkan mereka. Menyadari bahwa hidup harus berlanjut, apaun yang terjadi. Ingat bahwa Allah itu dekat, Ia Maha Baik, Maha Bijaksana. J

Oh iya guys, rumah kasih ini menerima pasien untuk segala kondisi, tak peduli akut atau sehat, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, orang kaya atau miskin, dan bahkan agama apapun. Memang mayoritas penghuni rumah ini beragama Katolik dan setiap minggu mereka mengdakan ibadah dan kedatangan tamu dari tempat ibadahnya. Namun, mereka tetap menerima kedatangan kami yang beragama Islam. J

So, guys sekian dulu postingan gue kali ini.
Insya Allah mengunjungi tempat ini memberikan pengetahuan baru, menambah kepekaan sosial dan lebih membuka mata kami, termasuk kalian yang sempat membaca tulisan ini. J



Tidak ada komentar:

Posting Komentar