Postingan
kali ini gue ceritain pengalaman waktu berkunjung ke Jayapura, tepatnya ke
tempat penampungan buat orang-orang yang mengidap HIV/AIDS pada awal bulan
Februari 2015.
Sekedar
mengingatkan guys, Indonesia sejak tahun 2000 telah menjadi negara dengan
kategori Concentrated level epidemic.
Artinya mengalami peningkatan dari sebelumnya, low level epidemic. Nah sekarang udah 2015 guys, udah level apa yah
Indonesia sekarang? Yang jelas setiap tahun jumlah pengidap HIV dan kasus
kematian penderita AIDS semakin meningkat! Ini masalah? Kalo menurut gue sih
yes!!
Untuk
mengatasi kasus HIV/AIDS dunia termasuk Indonesia telah menempuh berbagai cara,
mulai dari pencegahan, pengobatan sampai pada tahap rehabilitasi. Nah, yang mau
gue bahas sekarang adalah rehabilitasi bagi pengidap HIV/AIDS.
Jadi
sedih juga nih guys dengan tindakan diskriminasi yang dilakukan masyarakat
terhadap penderita HIV/AIDS, padahal mengetahui diri terinfeksi HIV saja sudah
menjadi beban berat, apalagi ditambah dengan sangsi sosial yang mereka terima.
Jangan gitu yaah guys. J
Bagaimanapun mereka adalah manusia, sahabat kita dan saudara kita. Mereka orang
yang memerlukan dukungan moral dan semangat dari kita semua. Lagi pula, bukan
berarti mereka yang terkena HIV/AIDS adalah orang yang bermoral buruk, bisa
saja karena niat baik ingin mendonorkan darah lalu terinfeksi HIV, pasangan
setia yang berhubungan dengan pasangan yang tidak setia, dan lainnya deh. Keep
positive thinking aja yaahh!!
Ngomong-ngomong tentang rehabilitasi
pengidap HIV/AIDS di Indonesia jumlahnya sudah cukup banyak kok guys. Di tempat
ini, pengidap HIV/AIDS bukan hanya diberikan berbagai pengobatan yang dapat
memperlambat kerja virus dan penyakit lain, tetapi juga akan ditumbuhkan lagi
semangatnya, diperbaharui mentalnya dan ditingkatkan kualitas dirinya. Ada
beberapa tempat yang gue kunjungi, namun yang paling menarik perhatian gue
adalah Rumah Surya Kasih yang
terletak di lingkungan Rumah Sakit Dian Harapan, Waena Jayapura. Nih, beberapa
fotonya:
Suasana
di rumah ini bisa dibilang nyaman, lingkungan yang asri, udara yang segar, jauh
dari pemukiman penduduk dan dekat dari rumah sakit. Pasien di rumah ini juga cukup banyak, dari
anak-anak hingga orang dewasa. Aktivitas penghuni rumah ini pun cukup beragam,
beberapa dari mereka tampak sangat normal, kecuali beberapa lainnya yang tampak
kurus karena penyakit lain yang mereka derita. Mereka berbaur dengan sesama
pasien, perawat, maupun orang lain seperti kami. J Perawat yang bekerja di rumah ini
juga sangat ramah terhadap pasien dan pengunjung. Saya jadi terharu
membayangkan pekerjaan mereka, kebanyakan dari mereka adalah relawan, mereka
mengabdikan diri dan ilmu mereka untuk menolong pasien-pasien pengidap HIV.
Mereka mencurahkan waktu dan tenaganya untuk menolong. Bagi saya, merekalah
pahlawan saat ini. J
Tawa yang muncul dari wajah mereka benar-benar tanpa beban, begitu mengharukan,
karena saya menyadari mereka telah menjadi orang yang diasingkan di daerah
asalnya, diasingkan bahkan dari keluarganya. Di tempat inilah, para perawat dan
saya sebagai pengunjung berharap mereka memiliki keluarga baru, rumah baru dan
kebahagiaan baru, berharap mereka dapat menatap hidup yang lebih baik,
memaafkan diri sendiri dan orang-orang yang mengasingkan mereka. Menyadari
bahwa hidup harus berlanjut, apaun yang terjadi. Ingat bahwa Allah itu dekat,
Ia Maha Baik, Maha Bijaksana. J
Oh
iya guys, rumah kasih ini menerima pasien untuk segala kondisi, tak peduli akut
atau sehat, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, orang kaya atau
miskin, dan bahkan agama apapun. Memang mayoritas penghuni rumah ini beragama
Katolik dan setiap minggu mereka mengdakan ibadah dan kedatangan tamu dari
tempat ibadahnya. Namun, mereka tetap menerima kedatangan kami yang beragama
Islam. J
So,
guys sekian dulu postingan gue kali ini.
Insya
Allah mengunjungi tempat ini memberikan pengetahuan baru, menambah kepekaan
sosial dan lebih membuka mata kami, termasuk kalian yang sempat membaca tulisan
ini. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar